Minggu, 10 Mei 2015

PUISIKU YANG DIMUAT HARIAN CAKRAWALA MAKASSAR



Koran-koran daerah yang memiliki ruang sastra (puisi, esai, cerbung dan cerpen dan sebangsanya) akan melahirkan budayawan yang handal merespon peristiwa. Lihatlah Koran di Aceh, Sumut, Riau, Kepulauan Riau, Sumatera Barat, Lampung, Kalimantan Selatan, NTB, NTT, Sulawesi Selatan yang masih menyediakan ruang keindahan dalam kolom-kolomnya telah memunculkan sejumlah nama penulis dari provinsi itu. tak hanya berkiprah di lokal tetapi kemudian mampu menembus media nasional. Justru Media nasional hanya menangkap bahan jadi yang dipoles oleh koran lokal melalui seleksi Redakturnya. Di Provinsi yang korannya menghargai sastra, dari sana juga bermunculan budayawan dan pemikir-pemikir handal di Republik ini. Dan lihatlah betapa penerbitan itu berpusat di Pulau Jawa hingga menjad pusat peradaban masa kini, berbanding lurus dengan jumlah  cerdik cendekia beranak pinak di pulau itu, menggeser jumlah cerdik cendekia yang pada zaman kolonial hingga awal kemerdekaan yang mayoritas dari Sumatera Barat dan Sumatera Utara. Negeri ini pun merdeka sangat ditopang pemikiran sastraan dan budayawan.

Demikianlah aku yang bermula dari kekaguman melihat layout surat kabar Harian Cakrawala Makassar, membuat rasa puitisku meluap-luap untuk berperan serta di Ruang sastra. Aku sangat mengapresiasi tekad redakturnya yang membina penyair lokal Sulawesi Selatan dengan menyediakan kolom puisi dan cerpen buat mereka dan mendahulukan penerbitan karya mereka. Mulia sekali niatnya. Dan terimakasih setelah karya penulis lokal dimuat selama 1 bulan ini, maka Sabtu tanggal 9 Mei 2015 kemarin 2 puisiku sudah diluluskan redaktur dari pisau seleksi dan terbit  berjudul 'PEMUDA ZULKARNAIN PADA GADISNYA' dan 'KEPADA PEREMPUAN TERCINTA'



PEMUDA ZULKARNAIN PADA GADISNYA

Setelah lelah seharian
mengarungi samudera diammu
dan belum terpancang bendera kemenangan
pada bunga-bunga hatimu
tak ada kelopak melebar
lelah ini tetap saja tersisa
sebentar saja ijinkan aku berlabuh
di dermaga yang kau bangun entah untuk siapa


 KEPADA PEREMPUAN TERCINTA

engkau itu dalam sungai-sungai yang mengalir
tak kunjung berhenti
di muara tak bisa dikenal
siapa siapa

menyatulah denganku
bukan dengan laut
aku akan mengenalmu,
mengenalmu. Mengenalmu

aku bukan batu-batu
yang menunda alirmu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar