Rabu, 06 Mei 2015

DUA PUISIKU TERBIT LAGI DI HARIAN ANALISA MEDAN



Pada Minggu I April 2015 aku mengirim enam puisi ke Harian Analisa Medan memenuhi  salah satu persyaratan bagi pengirim yaitu minimal melampirkan lima puisi. Dan sebagaimana bulan-bulan sebelum, aku hanya berharap 2-3 puisi lolos seleksi pemuatan. Itu sudah cukup buatku, mengingat Rubrik Rebana Harian Analisa hanya menerbitkan maksimal 5 puisi setiap pemuatan berbagi untuk dua penyair. Maka ketika 2 dari 5 puisi yang kukirim tersebut dimuat pada Tanggal 12 April 2015, aku dapat menerima 4 puisi lagi tak bakal terbit lagi. Bukan karena kuanggap puisi di bawah standar tetapi semata-mata kesadaranku bahwa penyair bukan hanya diriku. Maka tanggal 19 dan 26 April 2015 serta 3 Mei 2015 yaitu tanggal ketika loper koran langgananku mengantarkan Koran Kompas edisi Minggu yang sudah sepuluh tahun lebih kulanggani, aku tak mengotak-atik Harian Analisa dari tumpukan koran di sepeda motornya. Hanya kulirik Harian Medan Bisnis dan Waspada, siapa tahu ada puisi dan esaiku yang dimuat.

Pada Hari Senin 4 Mei 2015, ketika aku membuka facebook, pada lembar pemberitahuan aku membaca  Group Tertutup  Sastra Minggu kreasi Penyair Mas Abu Nabil Wibisana dan kawan-kawan yang ternyata menandaiku dalam suatu upload. Kubuka upload dimaksud, eh ternyata berisi attachment dan pemberitahuan karya  puisi, esai, cerpen dan resensi yang dimuat pada beberapa media dan kubaca namaku beserta dua judul puisiku ada di Harian Analisa. Surprise! Aku betul-betul surprise karena akhirnya 4 dari 6 puisiku dari satu tanggal pengiriman dimuat Harian favoritku dalam jangka 3 minggu. Dan Orang-orang baik hati selalu ada di didalam hidupku. Loper koran langgananku masih punya koran tanggal 3 Mei 2015. Bukan hanya loper koran itu, Wakil kepala Sekolah di tempat putriku Pio ikut kursus Bahasa Inggris dan Mandarin juga memberikan koran yang memuat puisiku itu. Inilah Puisiku yang berjudul 'SIPUT DAN PENUNGGU ANGIN RIBUT' serta 'KERAMAIAN PAGI'


SIPUT DAN PENUNGGU ANGIN RIBUT

di pucuk lidah penunggu
perasaan  itu sesungguhnya  tak sabar
menunggu kesadaran matahari  pulih
bergegas melatai  pikirannya yang  pejal
gelap menyelimutkan semangat
melelapkan keinginan,  terpejam menunggu waktu
penunggu reda mematok dasar  alasan bahwa dingin  yang marah
bertambah marahnya kalau ditentang sebagai angin ribut 
diam-diam penunggu itu mengikut siput telungkup dalam cangkang 
bergumul dengan siasat melekat dalam siaga
tetapi  lama-lama kebosanan memerangkapnya dalam lelap
saat itu juga siput melontar sejengkal 
dagingnya melekat di daun runtuh
pada perputaran angin paling riuh, berlalu  dari penunggu
siput menyeruput daun  kalpataru itu. perutnya sekejap  memadat.
penunggu angin ribut  yang matanya luput dibenam lelap
jasadnya hanya dibaui kesempatan berlalu.
lapar yang mengutuk mengetuk kesadarannya. merasa dia disesat selepas terbangun.
dari pucuk lidahnya perasaan tumpah menjadi serapah 
mencerca siput bertampang penurut sebagai penekuk bebal
memendam siasat tak terbagi terlena sebagai penunggu angin ribut
dimadat kesabaran  waktu.  saat diam-diam siput  jauh berlalu
membawa seketul hidupnya



KERAMAIAN PAGI
:pelindas traffic light


apa yang hendak mereka cari pagi ini dengan  mendesak-desakkan kesabaran
kepada  para penderu, tergopoh  melindas batas tabah menggapai-gapai  kesempatan?
sungsang riuhnya memekik kejantanan  sampai terkupas  bola mata.telanjang
semua keberanian yang dipunya, menyeruduk  tatap. berantuk di keping  hati.
membiru perasaanku menahan luka ketergesaan. mereka kah  pembuka kunci kota
yang ditunggu pelaju di gerbang kebutuhan tersedak?

siapa yang hendak mereka hidupkan pagi ini hingga mendesak-desakkan kesempatan
dengan garis-garis gopoh yang dibentangnya, tak sabar melindas batas waktu 
mereka kah nafas kota yang ditunggu pelaju di  jantung hidup yang sesak?
memental kami dalam teriak  dengan kesabaran yang bertambah retak.

di keramaian pagi berkerumun keinginan memaksa kehendak. merasa mesti paling terdesak
menyesak  semua maksud menghimpit jantung kota  tumpat di empat bilik
semua mencari-cari  alasan jalan pintas melindas keraguan

1 komentar:

  1. puisinya sangat bagus...
    semoga saja saya bisa nulis puisi sebagus anda.

    BalasHapus