Sabtu, 29 Juli 2017

UNTUK KETIGA KALI PUISIKU DI KORAN TEMPO 29-30 JULI 2017


Meski tak masuk kategori sangat produktif, aku senantiasa bersyukur padaNya bahwa hingga saat ini semangatku menulis puisi belum menurun. Puji, Tuhan di Tahun 2017 ini Koran Tempo masih berkenan memuat puisiku sebagaimana tahun 2015 dan 2016. Setelah vakum menulis dari tahun 1993-2013, akibat terbawa arus kerja, maka pencapaian puisiku menurutku hanya bisa seperti saat ini karena hikmat yang diberiNya. Kedua, karena belajar dan menyerap taktik, teknik penggalian diksi, tema dan semangat kawan-kawan penyair yang sudah lebih dulu malang-melintang di jagad kesusastraan negeri ini. Mereka sungguh menginspirasi dan memotivasiku.

Sebagaimana puisiku yang dimuat Koran Kompas pada tanggal 17 Juni 2017 maka 2 puisiku yang dimuat Koran Tempo kali ini masih bertemakan adat-istiadat dan hegemoni tanah leluhurku Toba. Setahun ini aku agak bersemangat menggali nlai-nilai tradisi di tanah leluhurku yang sudah mulai punah dan tak henti dimiskinkan oleh perkara korupsi penguasa daerah.. Barangkali ini terkait erat dengan bidang tugasku di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang menangani Konflik Tenurial dan Hutan Adat. Kunjungan ke wilayah tugas telah menginspirasiku mengangkat  tema lokal. Tercatat puisiku sudah beberapa kali dimuat terkait tema lokal ini. Seperti puisiku yang berkaitan dengan Suku Sakai di Riau telah dimuat Riau Pos, Hegemoni Melayu Deli telah dimuat Harian Kompas dan kini Batak Toba juga telah dimuat Harian Kompas dan Koran Tempo..Bahkan seorang sahabat satu kelas zaman SMA, yang saat ini aktif dalam politik nasional (termasuk dalam lingkaran dalam pengkaji Trisakti dan Nawacita Pak Presiden Jokowi) mendorongku untuk mencoba mengangkat tema dari sub etnis Batak Simalungun, khususnya Pasang-surut Raja-raja Simalungun dalam kaitannya dengan Revolusi Sosial tahun enampuluhan. Dorongan yang belum bisa kupenuhi karena keterbatasan waktu mencari pustaka dan nara sumber.

Berikut dua puisiku yang berjudul MANGEBANG NASIB GAMANG dan ONAN SAMPANG



MANGEBANG NASIB GAMANG 

di atas tikar terlentang
sila puan dudukkan  malang


bagi sukma yang terhalang
begini cara memanjat terang
tabah kau menunggu di sisi kanan pekan
beri  terpana tuan pemenggal ilalang
menyibak kemelutmu
tak bebal di sanggul gersang
 
jika dua purnama menjelang 
panggulmu tak juga memangku
buah cinta bertuah 
kita bersua lagi di pekan raya
memingit ruh yang cepat merasa tak tenang
merayu delapan pandang turut serentak
mencibir jembalang bermata garang
surut bertahta menindih kepala 
niscaya takluk kebal biji kutuknya
enyah membuncah malu kepalang  

di purnama depan, rekah putik rahimmu  
menumbuhkan gejala ranting dan dua daun
bernas suar  bersama linang muhrim
memecah degil cangkang penghalang

bolehlah di tiga purnama mendatang
kita usung tikar sedepa lebih panjang
pasti cukup membagi tangis mata girang
dari seorang diri, akhirnya kau bisa berembuk
dikerumuni celutuk hiruk-pikuk

bila tiap menjelang purnama
jembalang lapar bermata geram dari huma 
melayang-layang
merasuk  buah hatimu yang lancang  di tengah ladang

hingga mengerang-erang sukma kejang
hingga terjengkang di atas tikar rumah panggung
kau dan muhrimmu turut lebam berkubang linang

bawalah yang ranum di dapur turut serta ke pekan
sebakul buah ladang, sekalbu sarang rasa sayang
hampar  di muka ruas kaku  si anak malang
duduki ruang hampa di seluas tikar dingin menatang

makanlah sajian itu penyudah letih panjang
selumat nujum  doa-doa penyabar ladang
aminkan penjarang  subur linang

bolehlah selama tiga purnama mendatang
kita rajin ke pekan hanya sebab rindu bertandang
berbagi sepikul buah ladang
menunjuk wajah  kalbu
suci dari malu


            Porsea 2017



            Keterangan:

Mangebang adalah tradisi Batak Toba berjalan-jalan ke onan untuk memperkenalkan pertama kali  baik anak, wanita yang baru menikah,wanita yang baru berstatus janda, pasangan suami-isteri yang lama belum dikarunia anak atau anak-anaknya sering meninggal agar ruhnya merasa malu sehingga kemudian berubah nasibnya




ONAN SAMPANG 


kau tahu raja tak perlu datang
mempertemukan maksud-maksud tak saling menantang
bagi sejoli yang baru sepakat melekat
terlalu seram beringin  mendesir memberi dingin
menghantui matamu yang belum banyak kepingin
maka
peramlah mimpi jangan datang mengecoh sampai ke pagi
pergi  lebih cepat meninggalkan ayam lelap mengeram

jangan oleng melenggang!

ke onan sampang genting mencari ulam dan garam
menemui betina-betina  tak senang berkelakar
inang-inang belum sempat bercumbu tadi malam
telah duduk sejak hantu tengah malam berlalu
menunggu pemburu di gerbang kampung

kau inang bukan seorang saja pencari bumbu
jamuan penghangat cita-cita nanti malam
berjuanglah dalam langkah tak sampai  dikurung waktu

nanti masih kau ramu sajian penyenang
bekal kuat lelakimu  memanen ladang

di waktu yang sempit semua bisa tiba-tiba terjepit
walau tak siapa-siapa  memaksa pilihan rumit
meski hanya ubi dari rumah seberang
tiri-tiri dari dangau Si Tulang
bisa-bisa cepat disambar orang

bisa sia-sia kau bawa cabai dari ladang di belakang
penukar bayam yang kau idam-idam 

            Medan Juni 2017 

            Keterangan:

1.      Onan Sampang disebut juga onan manogot-nogot, yaitu salah satu dari dua jenis pekan di tanah Batak Toba. Pekan ini adalah pkan kecil, biasanya berlangsung pagi hari sampai jam sepuluhan. Jenis yang diperjualbelikan adalah keperluan sehari-hari saja seperti ikan, sayur, garam dan bumbu 
2.      Tiri-tiri adalah sejenis ikan kecil air tawar sebesar teri jengki yang khas di tanah batak