Minggu, 28 Agustus 2016

PUISIKU DI NUSANTARANEWS.CO 28 AGUTUS 2016



Pada bulan Juli 2016 lalu, ada 3 puisiku yang dimuat Nusantaranews.co asuhan Mas Selendang Sulaiman. Lalu beberapa hari lalu, beliau menyampaikan pesan lewat inbox meminta kesediaanku agar tiga sisa puisi yang kukirim bersamaan dengan 3 puisi yang sudah dimuat dapat dimuat nusantaranews.co. Lalu ku 'ya' kan permintaan tersebut. Jadilah 3 puisiku ditayangkan disitus online tersebut. Salah satu puisi tersebut berjudul LALU SITOR ABADI DI TOBA NA SAE, seperti di bawah ini:


SITOR LALU ABADI DI TOBA NA SAE
: tanah leluhur


katamu:
atas nama yang belum selesai
mari memanen angin
berisik di perang dua bambu
bergulut kawan kawin
di sisa satu kelambu
berhimpit mencari pertemuan lampau
meski tak mampu menjinakkan arus berlalu

kubilang mari mencari  penari
sekencang tabiat mengkhusuk diri
memburu sembunyi mimpi
di sebelah  mekar  rambut padi
meski terguncang gantung bulir susu
bertangkai tak jadi-jadi

kini kemana pintamu dilayang angin
kemana penariku dipunah anai-anai
raib sebanyak rumpun-rumpun
lubang-lubang menganga menulis hampa

kaupun  menyendiri,
aku parasit lupa mantra pembelah diri 
angin dan penari anani
gaib diumpan perangai
sebisik-bisik pemaksud tak pasti
bersaji jampi di ladang mati

baik kurayu boraspati
mengawinkan padi-padi
seberahi tarian pemiara dua taji
membuntingkan berani
dari tempatmu mengekalkan sepi
agar berguru  aji melebihi kepalang  janji
agar tak selalu dibelasah ani-ani










KALI KEDUA DALAM TAHUN 2016 PUISIKU DI SUMUT POS




Ada beberapa hal yang mendasariku untuk semangat mengirim puisi ke SUMUT POS. Pertama, Koran ini sejak awal tahun 2016, telah memberikan ruang sastra yang mandiri dalam separuh halaman untuk puisi. Tahun 2015 koran ini masih menampilkan puisi-puisi yang dimuat oleh Harian Indopos, sesama group Jawa POS. Patut saya acungi jempol perjuangan Redaktur Bang Ramadhan Batubara hingga bisa mandiri memilih dan memuat puisi di Ruang Hari Puisi yang diasuhnya.. Kedua, koran ini juga lumayan menghargai jerih payak penulis, dengan mengirimkan sagu hati ke rekening penulis, tanpa perlu penulisnya merengek-rengek. Hanya beberapa koran yang saya ketahui mau mengirim sagu hati tanpa perlu konfirmasi berulang penulisnya yaitu Kompas, Koran Tempo dan Koran Sumut Pos ini. Ketiga, karena ini koran yang terbit di Sumut, secara emosional aku akan selalu tergerak memberi sumbangsih untuk meramaikan khazanah sastra orang Sumut.

Maka demikianlah dasar maksudku mengirim puisi di SUMUT POS dan telah dimuat redaksi pada Minggu 28 Agustus 2016. Ada 4 puisi yang dimuat, yaitu SEPASANG CINTA MENGGENGGAM DENDAM, MENUNGGU USIA IBU, SEHARI SEBELUM SABBAT BUNGSU dan TAK PUTUS DIRUNDUNG MALANG. Saya tampilkan salah satu puisiku tersebut di bawah ini


MENUNGGU USIA IBU
:83 kalender


akibat sejak muda tak pandai berhitung
tak faham berapa sanggup menyimpang peristiwa
ibuku bingung di loker mana ingatan bersisa
kenangan tinggal cita-cita setungkul
lupa wajah-wajah pemamah buah
menuduh tuan rabbi rampok
hendak menggunting usia

bisa tiba-tiba mencari-cari anak terkasih
yang sungguh sesunggukan di depannya
mengaduk-aduk hati tertusuk

di hari lain ibuku menenung
bagai pertapa agung
kupikir saatnya masuk pintu pikirnya
barangkali terbuka  ingatan mengayun-ayun  palungan
mulailah kuminta setandan berkat
bekal ajimat di itikad
tapi ibu tertawa menujukku si dungu usil
lancang  memperburuk wajah murung
menggagalkan percik kenangan

siapa ditenungnya, mengapa ia murung
membuatku benar-benar mutung
sebentar ia memanggilku anak sulung
sekejap mengumpatku kisanak buntung
mengeja ruang hatinya ia pun bingung
ragu dimana bilik dendam, bimbang menunjuk bilik kalam
tangan memapah dihujatnya beludak bersiasat
masa lalu dipandangnya teramat buram

hingga di suatu hari ibuku begitu ramah
bercakap-cakap tabah, bermata merekah
fasih menyebut kata-kata tuah  lama senyap
seperti membisik sesuatu pada kenangan terkarib
kutanya kepada  siapa ia mengucap-ucap
“ayahmu mengajak dari masa lalu
mengejekku terlalu lama mengusung-usung  waktu