Minggu, 28 Oktober 2018

4 PUISI DI MEDIA ONLINE BASABASI.CO 16 OKTOBER 2018




Berita menggembirakan itu datang dari inbox Mas Kian Santang Sang Penjaga Gawang Puisi di Basabasi.Co. Saya terima saat saya masih di Palembang menjalankan tugas sebagai abdi negara Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Tak kepalang suka citaku. Sebab menembus Basabasi.co penuh perjuangan. Mencoba berkali-kali. Tgl 17 Oktober 2018 sudah pula honor masuk ke rekening. Dan hari Sabtu 27 Oktober 2018 kuterima juga kaus bertuliskan wejangan Multatuli. Cendera Mata dari Basabasi.co atas puisi yang pertama kali dimuat di situs tersebut. Inilah 5 puisi yang berjodoh dengan basabasi.co tersebut


DARI SEKELUMIT RAMBUT TUAN BAHLUL


tuan bahlul masih serumit puntiran rambutnya
yang tak sampai tebal sejengkal
bebal berpilin

seperti jalan pendek sudah ditempuh
tak pernah berujung di mataku
menambahkan pening
memanah dari seputaran keningnya
membawa hantu-hantu bising
beriring di lubuk dada kami

layaknya orang kebal
tapi Tuan Bahul terlihat lebih pejal!

nasibmu kekasihku
pegal menjejak tujuan sejarak
terkerat akal sepangkalnya
mengakar sebanyak tali-temali
menyumirkan keadaan

rumit seperti Mister Pandir juga

         Medan 2018









SAAT ULAR MELUAP DARI TENABANG

tuan ogah kerja ogah capek
satu persatu mati kelaparan
di pasar lapang makanan

yang mengelu-elukan muhrim di musim lalu
tiarap mencari-cari balasan
mencuri-curi ayat tanpa palang
memotong-motong bayangan dengan geraham
dengan keyakinan kebal bahwa siasat lapuk
masih berkhasiat memutarbalikkan kenyataan

sebagai akibat pantangan sebuah lencana
bencana meluap dari satu kutukan
populasi yang khilaf terhimpun pada satu semesta
yang tak mau pasrah beririsan
menanggung balasan alasan

yang compang-camping
luka luar-dalam
dikepung ular
pun yang tekun mengirim doa-doa
terlempar di luar cara biasa bulus

sebab berada di tengah-tengah episentrum liar para nujum
porak-poranda dikucar-kacir semburan tak harum
seketika terpaksa bersamaan rebah tanpa senyum

     Jakarta 2018








LASKAR BERUSIA SEHARI


Mereka sudah menjadi hakim pendendam
kejam mendahului malaikat tuan langit takzim
ada pula bermacam latar belakang tak mahfum
menggiring minat menjadi penghukum

mengaku berakar dari lubuk dada terdalam berbibit harum
menjaga semerbak kuat pembasmi bau hantu sampai tak tercium
tapi gemercik bau mesiu dikulum, berpura ia tak maklum

orang lain kental mengenal mereka Si Buta-Tuli
dengan bulu kuduk tak bisa hikmat berdiri, meski
tuan langit hilir-mudik dan mendesir berkali
mencari anak-anak terlalu tak tahu diri
lari sudah lebih dari 10.000 hari

Laskar gagang pentungan, usiamu baru sehari!


PERIHAL KELUARGA CENTANG-PERENANG ITU


bapakmu tak pernah tiba sejak menjarah setanggi hutan
ibu hanya sekejap jadi pelakon murung
satu hari kemudian miring membilas tanda-tanda duka pingitan
saban malam rajin mengupas bekas puritan kutang

laluan singgah terbuka bagi pejantan yang suka bermata nyalang
sampai dua gadisnya menguping ciri-ciri tak risih membiakkan piutang

sejak itu serempak menanam cita-cita menantang
menumbalkan cinta di atas tinggi kurungan belah kutang
kira-kira kelak bisa terjual senilai bobot hutang

sedang si anak lelaki yang tak sempat berguru bapa
membiarkan loyo kaki yang ragu
diasuh mata pemalu
selalu tiba-tiba mengasah amarah tapi kelu di bawah bulu-bulu
tak faham berperang menumpas sembilu
betul-betul tak pilu hanya mampu jadi pecandu
membisu dan masih senang menyusu

wow, menjalar dari puri ke puri kepala batu
tumbal nafsu benalu
timbul-tenggelam bertalu-talu!

   Medan 2017