Minggu, 19 Februari 2017

SATU PUISI DI KORAN PIKIRAN RAKYAT 19 FEBRUARI 2017






Ini kali kedua puisiku dimuat di Koran Pikiran Rakyat Bandung. Puisi pertamaku terbit pada tanggal 20 September 2015. Benar seperti kata Bre ku Marsten L Tarigan, ke koran Pikiran Rakyat ini harus rajin kirim tulisan secara periodik. Meskipun sudah pernah dimuat tahun 2015 tidak serta merta puisi yang kukirim selanjutnya langsung dimuat redaksi. Puisi berjudul 'PENUNGGU' ini adalah hasil pengiriman ke-4 setelah pemuatan pertama. Ada  7 puisi lainnya yang menyertai pengiriman puisi 'PENUNGGU'. 
Dari kaca mataku selaku penulis puisi, ada 2 puisi dari 8 puisi yang kukirim ke email khazanah@pikiran-rakyat.com yang lebih kujagokan untuk layak muat. Puisi 'penunggu' kusertakan untuk pemenuhan kuota sekali kirim. Tapi, ternyata selera redaktur berbeda dengan seleraku. Dan itu kumaklumi mengingat puisi sebagai karya seni juga sangat dipengaruhi selera. Dan selera bergantung dari pengalaman hidup, referensi bacaan dan perasaan. Tiap orang bisa berbeda kadarnya dan memorinya.

Terlepas dari selera itu, aku tetap bersyukur atas pemuatan ini.


PENUNGGGU

tubuh setengah perangai
mesti dirubuhkan  lagi
wajah dicukil tak hendak sempurna
menggeram tanda tanya

air mata tak berhulu tanda seru
perihal  tak terjamah sukar dilukis perasaan
di lingkar garis mukamu benda pejal gagal ditafsir

jika rupamu tak mampu ditakar   
yang di dalam hati manalah terjamah pikir

sedang aku mesti  terlanjur mata
mengepaskan  rasa
selera langit tertinggi
menyergap sesembahan berkala

kupecah berapa hatiku
jika kenyataan kembali mengharu
di garis mula menunggu.
         
          29 Juni 2015