Selasa, 01 Agustus 2017

DUA PUISI DI MAJALAH SASTRA LITERA BIRO PEMUDA DAN REMAJA PGI




Tanggal 22 Juli 2017 lalu Mas Dedi Tri Riyadi, Pengasuh Rubrik Puisi Majalah Sastra Litera Biro Pemuda dan Remaja Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) menginfokan lewat WA Gorup 'NUSA KATA' bahwa ada dua puisiku yang bakal dimuat di Majalah LITERA edisi Agustus 2017, bersanding dengan puisi Bang IVERDIXON TINUNGKI penyair senior asal Manado. Sesuai dengan MISI Majalah, maka puisi yang saya kirim ke majalah tersebut bernuansa alkitabiah.

Berdasarkan arsip terkirim di Email saya, puisi yang dimuat tersebut saya kirim tanggal 21 Maret 2017. Lumayan juga masa tunggunya. Untuk banyak hal saya terbiasa menunggu, sehingga bukan sesuatu yang meresahkan hati. Yang bikin penasaran, hingga saat materi ini kuupload, belum kumiliki cetak Majalah Litera Edisi Agustus tersebut. Semoga Bang Dedy Tri Riyadi atau Ita Siregar berkenan mengirimkan ke alamatku 

Inilah 2 puisiku yang berjudul 'PENGIKIR ZIKIR' dan 'PROLETAR SI PEMIMPI'




PENGIKIR  ZIKIR  

kami bukan pemandu api segantang  
mengapa kau pancang asap di popor bara?
kami hanya rumpun ratap tak bertelunjuk jitu
melulu abu di rimba tanggung perlawanan relung
tapi sebagai azimuth kami teguh di titik imamat terpilih
mengapa kau berlagak pucuk waris yang hangus dikobar kabar?

mari ke persuaan itikad
membandingkan mata dihunjam-hunjam
siapa yang meregangkan runcing pupil terasah?
kami gerakan mati suri yang tenang oleh pedang bermata mantra
siapa yang dirasuki ruh berselera pemilih?

Maka jangan jengkal tebal kekekalan debata
panjang jalan pikiran kerdil hanya di seputar kepala
doamu yang kemana-mana kan sesat.
 

di kepalan bersikukuh segala benih terhalang merdeka
perasaanmu gemar menekuk tiap mau memekarkan kemungkinan
menumbuhkan cemas di tiap hati yang takut kaku 

bila acuanmu menyudahi kecamuk, kukuh dengan ilmu kikisan pedang
segala yang bersekutu, terlepas setimpal butir darah
 

yang kau bentur limit langit tak terungkit
hakikat abadi apa mau kau renggut?
jalanku dan jalanmu tetapkah dibatasi tabir?
mari memalang mata pikiran
kesempatan kita sama pejuang melangit

begitu tampak lucu saat kau berkeras menelan rahasia
apalagi selepas menumpah amarah diterka
kau perlihatkan hanya setinggi kadar sesaji nirwana
itu pula cemar yang kau sila dimakan tuan kita


      Medan, Oktober 2015
      Keterangan;
      Debata (bahasa batak toba) = dewata = Allah= maha pencipta


PROLETAR SI PEMIMPI

masih aku berkafan janji selayak keyakinan martir berpantang
berhikmat di ranjang dengan mengerang
semirip menikmati baring di keranda raja
aku bermimpi inkarnasi pelan-pelan saat menyusup ke peradaban
lalu kulihat penggeliat mengumpulkan niat menyaru
mengecap susu kemuliaan seharusnya dipersiapkan untukku

tapi apa yang Kau perosok ke lubang dada?

aku kembali jadi pemimpi. terkurung di lubang ratapan.
menggali 24 jam, lagi 24 jam harapan
membawa lintang bimbang agar dibimbing ke bilik jantung
tapi kulihat sudah tumpat para penunggu
di barisan sibuk mengetuk-ngetuk janjiMu

aku pun menunggu suaraMu membeberkan arti mimpi
terpaksa kumpul di serambi dengan semangat pemimpi

dan dimana-mana pemimpi tergoda tidur mengambang
Maafkan jika aku mudah tertidur dan bermimpi.

Apa sebab kau sangsi aku bibit percaya setia
yang tak cepat menanggalkanMu dalam arus mimpi?
tumpukan imanku tinggi padaMu
seperti begini:
Kau pasti memberi kerumunan penjaga di serambi
meski aku dibutakan mimpi
jika terbaring aku selagak pemabuk mimpi martir panjang
sekilas itu Kau membangun tanggul mujizat

bila mau menempaku berwajah seorang rabbi
pasti kubebat riwayat lama dalam mimpi
tak sampai Kau kibaskan setebal bebal perangai
aku yang tak pernah mau tengkurap di lubang hampa
mau mengangguk seperti pepohonan tinggi bersimpuh

ijinkan semimpi ini bermimpi hingga berlapis-lapis mimpi
menggoda takik waktuku jangan sempat rebah ditunggangi hantu

bila tiba waktu merantau ke episode mimpi memancung janji
kekal kulafalkan jampiMu seperti di nafas bibir pertama
sampai di silsilah mimpi terkini
jika waktuku sudah melewati batas empat kabar
maafkan, kupakai waktuMu yang kelewat sabar menunggu.
Tapi lihatlah, aku akhirnya bangun baik-baik

sebebal aku menyangkal setimpal aku memintal percaya
aku sedang menyelami rahasia tanah mimpi.
diantar ke ruang cahaya pemusnah bahaya
kini di batas jalan maya dan rumah harapan penebusan janji
kucari kesempatan keluar dari mimpi terakhir kali
hanya kuperlukan ingatan nubuat seorang tuan percaya
yang berjanji mengarakku sebagai si babi martir
telah berjuang sepantas nabi disudahi mimpi
dari mati nyali, bangkit menghela belulang ke daging lupa
sejauh-jauh pulang menghayati kenyataan

telah kupakai tali kekang igau yang Kau jerat pada dua bilah telinga tuli
mari kita mendaki ke perhelatan semua mimpi
cemetilah daging dari tulangku demi bilah bakaran kurban mezbah mimpi

Aku mengamini satu caramu meletup-letupkan sembunyi
Kau masih tahu satu zamrud yang sempat kucuri

                Medan, Juni/Agustus 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar