Senin, 16 Januari 2017

LIMA PUISI DI RIAU POS 15 JANUARI 2017







Bermula dari kekaguman pada puisi-puisi yang terbit di Riau Pos, maka maka akupun tergoda untuk mengirim puisi ke harian tersebut. Bukan hanya sekali tetapi berkali-kali.Sebanyak itu pula puisiku kalah bertarung di pisau seleksi redaksi. Hingga pada pengiriman kesekian kali ini, akhirnya bisa merasakan hati yang berbunga sebab mendapat kesempatan mencatatkan kenangan di Rubrik Hari Puisi Riau Pos. 

Pengiriman puisi ini pun penuh perjuangan. Mencoba beberapa email yang pernah kudokumentasikan tapi selalu terpental. Ada yang karena reject, ada yang mailer daemon. Bahkan email yang diberikan seorang penyair muda Riau pun reject dan mailer daemon dengan penjelasan kalimat di  email masuk brestov1@yahoo.co.id bahwa belum ada email bernama seperti yang disampaikan penyair muda itu. Tetapi inilah salah satu sisi positif dunia maya. Ada seribu jalan ke Roma bisa dicari bsehingga bisa kutemukan cara mengirim puisi tersebut yang bebas dari reject serta mailer daemon.

Dalam perkiraanku tak akan secepat ini puisiku mendapat respon dari redaksi. karena pasti berjubel karya penyair yang antri. Tapi inilah juga namanya hidup. Selain kendala, ternyata rejeki pun bisa tak terduga. kalau sudah menjadi ridho Allah.

Setelah puisiku pada hari Sabtu tanggal 14 Januari 2017 dimuat Suara NTB, saya sudah cukup puas dan tak terlalu berharap akan ada lagi puisiku yang terbit pada media sastra di hari minggu. Lagi pula sampai hari minggu sore, Epaper Riau Pos belum dapat diunduh. Demikian juga website Riau Pos pada kolom budaya masih menampilkan karya puisi per tanggal 8 Januari 2017. Tetapi ketika saya sedang membaca daftar pemberitahuan di FB, mataku tertuju pada kalimat "Ranto Napitupulu menyebut anda di komentar Sastra Minggu." Lalu saya  klik pemberitahuan tersebut dan kutemukan 2 gambar di bawah  ini:





Ternyata apparaku Ranto Napitupulu menyampaikan berita ada 5 puisiku dimuat di Riau Pos, dengan judul antara lain: MENCARI KAKI BATHIN SAKAI, DI EX CAMP VIETNAM, METAMORFOSIS USIA, DI TOKO TERMEGAH ITU BUKU-BUKU BERTANYA RAIB dan PERJUANGAN MENJADI NYONYA.. Terimakasih banyak Appara Ranto Napitupulu atas kemurahan hatimu yang bersedia mengirimkan koran cetak padaku.

Di bawah ini kusajikan 2 puisi yaitu MENCARI KAKI BATHIN SAKAI dan  DI TOKO TERMEGAH ITU BUKU-BUKU BERTANYA RAIB


MENCARI KAKI BATHIN SAKAI

paman mancung berburu lemak
koko Acuh mengutil derak
abang latah dari kampung sebelah
berlagak
menujah biji berarak

dari  akar ninik mamak
yang dicamkan jangan beranjak
tapak ulayat melarat serempak
serak berserak

berbutir percik bebercak
tiap tiga  gasing asing berkacak
sungguh bukan imamat kutuk berdecak
sekupak dampak  beriak
isak cabik kampung tersibak
balasan patah aji
setelah terjungkir di haribaan sungai-sungai

paman mancung sarat mengarak
bertabung-tabung lemak
koko Acuh bertongkang tegak
di atas balok beronggok
abang lantang bertabuh lancang
menohok dari lubang-lubang kampung
kencang menyeret kantung-kantung

jerih-jerih memanen riuh
berpengaruh sendawa tinggi
kami dibalur sehampar keluh
kehabisan puih
kuning juling berharta murung

bathin tiba membakar lupa
menghimpun sebara
ingatan timbul tinggal semerah di mata

akar mati dicerabut tandas
rentang setali tiga pendatang
memenuhi rongga masa menjalin asas
menggantikan dupa berupa zaman kelupas

aroma tumbuh berlapis
dibedakan hamparan gelak
tiap dikibas, rentan bergolak
tampak tampuk  telak  beranjak memuncak
di cuaca retak lekas-lekas setampak goyah

onak-onak serak-berserak
di haribaan rebah kerangka ulayat

            Kecamatan Pinggir Bengkalis, September  2016


DI TOKO  TERMEGAH ITU BUKU-BUKU BERTANYA RAIB

banyak cerita tempaan dijaja di rak-rak kota bernama reka-reka
burung beo penjaga toko menjual kata-kata:
 “kitab masih banyak peminat sebab selalu lahir perindu mencari akrab”

kau setuju menyikut galur bingung
anakmu menyikat alur pusing
isterimu terpikat peracik gurih yang kangen
yang tepat membaca   keinginan  penafsu khasiat cepat

tanpa bahan pelenguh, memang kepala berjejer awet muda
menghalau pergulatan yang ingin menduduki pikiran
perasaan tertanam dibiarkan kekal berbunga

calon perempuan pemberi susu cepat kecanduan
mencari di atas kitab tak berbiak tanya
Wajah kakek  berlumut mempertahankan jajaran  pengecap
umur memang bertahan tetapi bertahun menarikan hati kuncup
pikirannya tak berani-berani  melepaskan taji

lelaki mengkal  menguning sebagai pengucap yang banci
terpejam dalam angan-angan tinggi

di toko cerita, kepala-kepala berserak selongsong
setia sekopong kepompong
mendengungkan  birama bencana angin
menutup mata di tiap menggapai  jawaban
dulang di pelupuk hampa menghamparkan harapan
tulang merapuh  sejak bergaung percaya  kosong
tanpa sumsum dari cerita rumit gemetar mendengar genderang
dalam perang tak kuat  berkubang seperti labirin menipu angin

mereka hanya pasangan berbiak penyungging mimpi
tapi merasa sedang menempa adab kota tembus pandang

tak berguru buku-buku siasat berpekat sandi
tapi merasa himpunan yang cemerlang
menjangkitkan  wabahpada mata-mata yang sedang hampa
dengan sekuel kitab-kitab tanpa lambang tanya
yang dinantikan kota berubah perangai

menukar musim goyah dengan menugal sejengkal  serabut
yang dipungut dari kitab  terlumat tanpa ditumbuk pikiran
merasa kelak menjadi pondasi kota

                                    Medan 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar