Minggu, 15 Januari 2017

EMPAT PUISIKU DI SUARA NTB AWAL KIPRAH DI TAHUN 2017


Dua hari lalu, Sabtu 14 Januari 2017 ada 4 puisiku yang dimuat oleh Harian Suara NTB Mataram yaitu 'Wajah Toen Guru Si Pengingat KOta', 'Benih Ular', 'Katanya Bersaksi', 'Katanya Melayani'. Salah satu puisiku tersebut yaitu yang berjudul 'WAJAH TOEAN GURU SI PENGINGAT KOTA.' adalah semacam ODE yang kupersembahkan pada guruku Pak Ir. Bambang Uripno, MSc, seorang rimbawan yang pernah menjadi pejabat struktural di Departemen Kehutanan, penggerak utamaPramuka Saka Wanabakti di Departmen Kehutanan dan terakhir Widyaiswara (Widyaiswara utama?) di PUSDIK Kehutanan Kementerian Lingkungan HIdup dan Kehutanan di Jl Gunung Batu Bogor. 

Pagi ini Senin, 16 Januari 2016 aku terkejut lalu berduka setelah mendapat kabar bahwa beliau barusaja meninggal dunia. Kembali ke haribaanNya.

Memang selama dua minggu ini, hal-hal yang menjadi inti didikannya pada saat saya mengikuti DIKLAT PIM 3 di Bogor tahun 2007 selalu terngiang. Sebab itu saya terdorong mengirimkan puisi itu ke Koran Suara NTB.

Semoga beliau Khusnul Chotimah. Semoga keluarga mendapat tabah dari Allah. Saya salin ulang Puisi buat beliau terseb

WAJAH TOEAN GURU SI PENGINGAT KOTA
:toean Bambang Uripno


Dengan apa menghardik lupa
di kerumunan pelambung derajat dosa?
cepat-cepatlah halau tubuh pengingat murka
dengan semantra tepuk pramuka
hendak kutampar degil peradaban 
yang sigap-sigap menumpang rupa-rupa

kaukah penanam taman di nampan
serimbun kenakalan bertalian? 
Kenanglah tiap-tiap peristiwa terpaut itu
meski kami gampang saling melupakan

mari kulepas kepala tertindih 
yang dihimpit bayangan terlatih
biarkan musim-musim sebentar lagi tertatih
jangan kita tenggelam berlagak kurban menyerah
lalai menghardik pembisik di balik batang sandaran.

dengan apa hendak kutepuk-tepuk wajahmu
biar terpampang telapak suratan pernah dihadang
kita sesama kurban ditempa batang sandaran
berlubang luka lebar-lebar

jejak tapak, buangan waktu yang hilang catatan usia
kenangan dan perburuan samar pada garis tangan
lalu genggam silsilah apa hendak kukawinkan 
sebab dua nasib hanya kepompong

tamparlah daging si penabur duri di telapak tanganku
dengan semantra tepuk pramuka
segala rahasia biar terpental

Tidak ada komentar:

Posting Komentar