Rabu, 15 April 2015

DUA PUISIKU DI RUBRIK REBANA HARIAN ANALISA MEDAN

Untuk ketiga kalinya dalam tahun 2014-2015 Harian Analisa sudi memuat karyaku di Rubrik Rebana Asuhan Sastrawan Bang Idris Pasaribu. Dua judul puisiku yang terbit pada tanggal 12 April 2015 tersebut adalah 'SEBATANG KAYU TERENDAM" dan 'LIDAH LUDAHKU SENDIRI'. Kedua puisi ku ini masih bertema kritik sosial dan politik yang mengemuka di negeri ini.



SEBATANG KAYU TERENDAM

Seseorang   telah menambal  mata kayu  dengan jantungnya
menandai  luka dengan memercik-mercikkan gumam
lihatlah mata air itu  baru patah bercabang  mengabarkan tangisnya
bahwa sunyi telah retak membelah  hening yang sempurna
tak ada lagi yang mesti disimpan hingga berkali-kali tahun
sejak bermula   ada ranting  muda  menyerah   
di sungai yang terpapar burung burung  pengkhianat  bersiul-siul
melepas semua rahasia terendam  paling hormat
tak hanya dahan, sebatang kayupun badannya berlari mengejar laut
meninggalkan rupa yang terkoyak di belantara
berharap ada  perupa yang memberinya mata dan wajah berbeda


LIDAH LUDAHKU SENDIRI

aku tanam benih pada celah merongga batu zakarku
bukannya tumbuh ke dasar hati, malah lidahku yang  datar
tumbuh dedaunan lebat merambat   bercabang dua
mendesis serupa ular kobra sedahsyat lapar memagut butir peluh
tiap melontar dari  lumbung ruhku tak sempat pecah kecambah 

kali lain aku mau berbaik-baik dengan lidahku
siapa tahu ia bunting  manis berlaksa kata berharga
memuas dahaga semua impian tua merana  bikhu pertapa
ilalang tiba-tiba menajam datang meludah hatiku
dengan cercaan tak sopan menjulur begitu saja dari putik muda
memagar lidahku bertemu siapa saja

lidah ludahku sendiri tak dapat kuhampiri
berontak sepenuh maki sebagai ratu penguasa tubuh
menyingkir jiwaku,  terjepit  di lorong kerongkongan
sebagai penyesal merunduk dibunuh suara


Medan, 8 Maret 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar