Dua kali meraih prestasi dalam lomba Cipta Puisi pada Tahun 1985 semakin membuat rasa percaya diriku meningkat untuk menulis di Media. Ketika aku berjalan-jalan ke Jl. Diponegoro Siantar Tahun 1987 ke tempatku sering membeli koran yang memuat cerpen atau puisiku, kulihat koran Waspada juga memiliki Ruang Sastra. Kalau sebelumnya aku hanya mengirim karya ke Koran Harian SIB, Harian Bukit Barisan (almarhum), Harian Mimbar Umum (almarhum), Taruna Baru, Dobrak, maka aku bertekad untuk mengirim puisiku ke Harian Waspada. Kulihat koran Waspada pada 2 minggu berikutnya, ternyata puisiku tak termuat. Aku bertanya-tanya. Eh beberapa hari kemudian, salah seorang rekan penulis muda bernama TOHAP SIMAMORA yang juga rekan di IPPSR SIB memberitahuku bahwa puisi-puisiku dimuat di Majalah Dunia Wanita. Waktu itu aku lagi sibuk-sibuknya mengurus surat SKBB ke Polres Siantar dan SKBD ke KORAMIL Siantar Timur karena untuk persiapan berangkat ke Banjarmasin karena diriku diterima masuk Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat di Banjarmasin Kalimantan Selatan melalui PMDK. Maka kucarilah Majalah yang dimaksud rekan itu ke JL Diponegoro Pematangsiantar, di Toko BUku Pustaka Murni. Setelah kubaca bagian Profile Majalah itu, tahulah aku bahwa Majalah itu adalah Media Group dari WASPADA. Sungguh kekeliruan terbit yang menyenangkan hati. Maksud hati ke koran malah jadi ke majalah. Dan dari Daftar Redaktur di Majalah itu kutahu ternyata Salah satu pengasuh ruang sastra di majalah
Dunia Wanita dan Harian Waspada adalah Sdr Raja Mulia Nasution yg juga salah
satu pemenang dalam Sayembara Menulis Puisi RRI Nusantara I dimana aku
sebagai Juara Harapan II. Dalam
Pengantar Suratku ke Redaksi Harian WASPada pada ketika itu memang aku mengingatkan Sdr Raja Mulia
Nasution bahwa kami sama-sama pemenang
sayembara Menulis Puisi RRI Nusantara I. Saya tidak tahu, apakah karena itu
beliau memuat puisiku ini.di Majalah asuhannya. Silahkan anda baca puisiku ini
.LAKON
Bayi nangis
Tak tahu
untuk apa
Kita jadi
tertawa
Ada
bundar-bundar gigi
Bayi tertawa
Tak tahu
untuk apa
Kita jadi
nangis
Malam hari
ini berjaga
Datang
rejeki
Dari
tiang-tiang langit
Titipan
ayahnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar