Redaktur Rubrik Rebana Koran Analisa Medan menurutku adalah tipe orang yang serius dalam pekerjaannya. Beliau ini orang taat pada jadwal deadline koran. Minggu baru terbit tapi Hari Rabu malam semua puisi, cerpen dan esain sudah harus tuntas. Keseriusan lain adalah, bagaimana beliau mempercantik tampilan rubrik dengan ilustrasi sesuai tema tulisan. Hal-hal tersebut turut membuatku selalu jatuh hati pada koran Analisa.
Terkait puisiku, meskipun aku terbilang rajin dimuat di Koran Analisa, tetapi perlakuan Bang Idris terhadap penulis puisi seperti aku tetap profesional. Buktinya, tak selalu puisi yang kuemail lolos seleksi. Dan Puji Tuhanlah, Tanggal 20 September 2015 ada 2 puisiku yang diberi kesempatan 'mejeng' di Rubrik Puisi Rebana. Satu lagi yang membuat kagumku pada Bang Idris, Pukul 00.010 Wib 20 September 2015, puisi tersebut sudah tayang versi onlinenya di analisdaily.com/rubrik minggu/rebana/puisi rebana. Jarang koran seserius Analisa mempersiapakan rubrik sastranya seserius itu, bahkan sekelas kompas pun tidak.
Dan Satu hal yang membuatku bertambah senang, puisiku berkesempatan bersanding dengan dengan Cerpen Syawaludin Sembiring yang beken dengan nama fesbuk SAM SEMBIRING (berjudul KUPU-KUPU DI RUMAH MARINA), anak muda energik, yang rajin diskusi dan kami saling menyemangati untuk menelisik kiat-kiat menembus media.
Inilah 2 puisiku berjudul HERMAPHRODITE dan ANAK TANGGUNG KARAM DI LAUT.
HERMAPHRODITE
sebab
Zeus tak sabar menunggu. gelap menabur
benih
dewi-dewi
putih bermuka ganjil bunting tanpa malu
sepadan
ketampanan yang terjatuh kala berahi
sesukanya
mencemarlah
derajat kayangan ditabur kaum hina
seribu
tubuh eksotik terpental menguapkan bau-bau liar
ditetes
hasrat ke jagad bumi, mampuslah kekalnya
uap
membesarkan awan, awan membesarkan hujan
hermes
dari bintang mengambil rupa bulan
menggelitik
dewi tak berkelamin. menetas mani yang jalang
jadi
anak kayangan membawa-bawa dua kelamin
sungsang
begitu
juga jagad bumi memahat tabiat anak-anaknya
meniru
berahi penghuni langit dewa
gelap
sudah dihalau tapi semua menuju keinginan timpang
mencumbu
semua pikiran yang cacat dan tabu
dengan
tetabuhan segala sumbang terdengar dimaklumi
bersetubuh
pikirannya dengan perasaan, bersetubuh hatinya
dengan
badan, bersetubuh bunga dengan tangkainya
bersetubuh
suci dengan bangkai
menjelma
maksud paling pintas menganakkan berahi
sebagai
hardik raja mencintai dunia tanpa malu
selalu
dengan kesepakatan sungsang
diteguk
kehausan kelamin.
ANAK TANGGUNG KARAM DI LAUT
di biduk rentan
dua
anak tanggung beradu kecongkakan
soal
gelombang dan angin
siapa
pantas dipersekutukan
dengan
rapalan semangat berbeda haluan
mereka
bertentang membusung pikiran
hentak
alasan tarik-menarik sekuat keyakinan
sekejap
pula biduk itu retak dalam perasaan
serapuh
ruas umur di tubuh
tak pernah mereka sangkakan
angin dan gelombang sekongkol kekasih
yang kawin dalam lidah berpagutan
menyembur
laut berahi menuju petaka
selingan bulan madu pernikahan
Medan, Februari 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar