Lumayanlah bulan januari 2016 menghadirkan berkah dalam perpuisianku. Setelah Suara Karya menerbitkan 3 puisiku pada beberapa minggu lalu, Harian Analisa berkenan memuat 2 puisiku yang berjudul 'BATU SANDUNGAN' dan 'BUNYI-BUNYI BERTEMPURAN BUNYI-BUNYI BERGUGURAN'. Puisi ini sudah tak kuingat kapan saya emailkan ke redaksi. Di daftar email, baik dalam daftar email masuk, terkirim atau keluar tak ada kutemukan lagi arsip. Kelihatannya kedua puisi ini bagian dari beberapa puisi yang sudah dimuat pada bulan-bulan sebelumnya di tahun 2015. Tapi aku cukup gembira karena tiap bulan masih ada saja media yang berkenan memuat puisiku di tengah ramainya penulis-penulis potensial yang berkompetisi karya. Di bawah ini ku sampaikan salah satu puisiku tersebut. Ada perbedaan diksi dari versi koran dengan yang saya salin. Sebab puisi yang kusalinkan ini adalah versi terakhir setelah diendapkan beberapa bulan.
BATU SANDUNGAN
seorang rabbi kuintip berkali-kali naik-turun tangga
(rabbi tabah, rabbi rahmah tak sekeluh kesah)
mengukur hati pernah disemai di tiap kolong hidup
semekar mana peladang meniupnya sampai cahaya
suluh pengembara menjajak
cuaca redup
jadi labuhan tiap
hamba waktu terjepit gelap
hingga kerumunan tawa seberapa bocah
merintis jalan terang
jangan-jangan hatimu kau tungkap membatu itu
sembunyi dari
mata pencari meraba-raba rindumu
seorang pelaju tersandung
tak ada rongga mengaduhkan nasib
anak-anak baru menetas sudah menggigilkan hidup
sangat gemetar
hendak kau jawab apa jika nanti rabbi hinggap di
pintumu
menggulung
lorong hidupmu yang gelap dan lembab
terkuras rintih dagingmu menyekat sembab
terjerembab hatimu tungkup
BUNYI-BUNYI
BERTEMPURAN
BUNYI-BUNYI
BERGUGURAN
berulangkali
malaikat mengingatkan
rayapilah sunyi seteguh
kodrat
di persimpangan kota jangan tersikut lagu buai
sebab hati karam kan bebal mengikut goda api
jangan pula tertikam
pekik tembok-tembok kota
sebab darah ditempur
amarah sangat mudah mengkhilafkan diri
seketika
suara terbakar hitam. menangislah telinga bayi
meratapi nyanyianmu terhuyung
bunyi-bunyi
akan
terus bertempuran
di medan keyakinan
tapaki jalan lurusmu
meski
banyak mengecoh kodrat
mereka penggoda berita
yang
harus terkabar
sebab tahu kau pecah badai menggelut gelombang
mereka cari cara
tersingkat
jarak teguhmu tergagahi
dengan silau
tergagap bersandi tubuh telanjang
bahkan tegap gunung
pemerangkap dengan suara merayu
seperti hendak rubuh lalu
tiba-tiba memekik jerat bertalu-talu.
menghantam
sepuncak letih
seketika
suaramu terkulai rubuh tak sampai
ke pulau tujuan.
membungkam sesal .
merintih pun tak mampu
begitulah bunyi-bunyi
tua
bunyi-bunyi
muda berceceran
tak mampu memecah sunyi
terperosok jalan
lengang
bergulung gelombang
bersekutu
dengan gemuruh
daripada terperangkap sepi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar