Pada Minggu I April 2015 aku mengirim enam puisi ke Harian Analisa Medan memenuhi salah satu persyaratan bagi pengirim yaitu minimal melampirkan lima puisi. Dan sebagaimana bulan-bulan sebelum, aku hanya berharap 2-3 puisi lolos seleksi pemuatan. Itu sudah cukup buatku, mengingat Rubrik Rebana Harian Analisa hanya menerbitkan maksimal 5 puisi setiap pemuatan berbagi untuk dua penyair. Maka ketika 2 dari 5 puisi yang kukirim tersebut dimuat pada Tanggal 12 April 2015, aku dapat menerima 4 puisi lagi tak bakal terbit lagi. Bukan karena kuanggap puisi di bawah standar tetapi semata-mata kesadaranku bahwa penyair bukan hanya diriku. Maka tanggal 19 dan 26 April 2015 serta 3 Mei 2015 yaitu tanggal ketika loper koran langgananku mengantarkan Koran Kompas edisi Minggu yang sudah sepuluh tahun lebih kulanggani, aku tak mengotak-atik Harian Analisa dari tumpukan koran di sepeda motornya. Hanya kulirik Harian Medan Bisnis dan Waspada, siapa tahu ada puisi dan esaiku yang dimuat.
Pada Hari Senin 4 Mei 2015, ketika aku membuka facebook, pada lembar pemberitahuan aku membaca Group Tertutup Sastra Minggu kreasi Penyair Mas Abu Nabil Wibisana dan kawan-kawan yang ternyata menandaiku dalam suatu upload. Kubuka upload dimaksud, eh ternyata berisi attachment dan pemberitahuan karya puisi, esai, cerpen dan resensi yang dimuat pada beberapa media dan kubaca namaku beserta dua judul puisiku ada di Harian Analisa. Surprise! Aku betul-betul surprise karena akhirnya 4 dari 6 puisiku dari satu tanggal pengiriman dimuat Harian favoritku dalam jangka 3 minggu. Dan Orang-orang baik hati selalu ada di didalam hidupku. Loper koran langgananku masih punya koran tanggal 3 Mei 2015. Bukan hanya loper koran itu, Wakil kepala Sekolah di tempat putriku Pio ikut kursus Bahasa Inggris dan Mandarin juga memberikan koran yang memuat puisiku itu. Inilah Puisiku yang berjudul 'SIPUT DAN PENUNGGU ANGIN RIBUT' serta 'KERAMAIAN PAGI'
SIPUT DAN PENUNGGU ANGIN RIBUT
di
pucuk lidah penunggu
perasaan itu sesungguhnya tak sabar
menunggu kesadaran matahari pulih
bergegas
melatai pikirannya yang pejal
gelap menyelimutkan semangat
melelapkan keinginan, terpejam
menunggu waktu
penunggu
reda mematok dasar alasan bahwa dingin yang marah
bertambah marahnya kalau ditentang sebagai angin ribut
diam-diam
penunggu itu mengikut siput telungkup dalam cangkang
bergumul
dengan siasat melekat
dalam siaga
tetapi lama-lama kebosanan memerangkapnya dalam
lelap
saat itu juga siput melontar sejengkal
dagingnya melekat di daun runtuh
dagingnya melekat di daun runtuh
pada perputaran angin paling riuh,
berlalu dari
penunggu
siput
menyeruput daun kalpataru itu. perutnya
sekejap memadat.
penunggu
angin ribut yang matanya luput dibenam lelap
jasadnya
hanya dibaui kesempatan berlalu.
lapar yang mengutuk mengetuk kesadarannya. merasa dia disesat
selepas terbangun.
dari pucuk
lidahnya perasaan tumpah menjadi serapah
mencerca siput bertampang penurut sebagai penekuk bebal
memendam
siasat tak terbagi terlena
sebagai penunggu angin ribut
dimadat
kesabaran waktu. saat diam-diam siput jauh berlalu
membawa seketul hidupnya
KERAMAIAN PAGI
:pelindas traffic light
apa yang
hendak mereka cari pagi ini dengan mendesak-desakkan kesabaran
kepada
para penderu, tergopoh melindas batas tabah menggapai-gapai kesempatan?
sungsang
riuhnya memekik kejantanan sampai terkupas
bola mata.telanjang
semua
keberanian yang dipunya, menyeruduk tatap.
berantuk di keping hati.
membiru
perasaanku menahan luka ketergesaan. mereka kah pembuka kunci kota
yang ditunggu
pelaju di gerbang kebutuhan tersedak?
siapa
yang hendak mereka hidupkan pagi ini hingga mendesak-desakkan kesempatan
dengan
garis-garis gopoh yang dibentangnya, tak sabar melindas batas waktu
mereka
kah nafas kota yang ditunggu pelaju di jantung
hidup yang sesak?
memental
kami dalam teriak dengan kesabaran yang
bertambah retak.
di
keramaian pagi berkerumun keinginan memaksa kehendak. merasa mesti paling terdesak
menyesak
semua maksud menghimpit jantung kota tumpat di empat bilik
semua mencari-cari alasan jalan pintas melindas keraguan
puisinya sangat bagus...
BalasHapussemoga saja saya bisa nulis puisi sebagus anda.