Koran-koran daerah yang memiliki ruang sastra (puisi, esai, cerbung dan cerpen dan sebangsanya) akan melahirkan budayawan yang handal merespon peristiwa. Lihatlah Koran di Aceh, Sumut, Riau, Kepulauan Riau, Sumatera Barat, Lampung, Kalimantan Selatan, NTB, NTT, Sulawesi Selatan yang masih menyediakan ruang keindahan dalam kolom-kolomnya telah memunculkan sejumlah nama penulis dari provinsi itu. tak hanya berkiprah di lokal tetapi kemudian mampu menembus media nasional. Justru Media nasional hanya menangkap bahan jadi yang dipoles oleh koran lokal melalui seleksi Redakturnya. Di Provinsi yang korannya menghargai sastra, dari sana juga bermunculan budayawan dan pemikir-pemikir handal di Republik ini. Dan lihatlah betapa penerbitan itu berpusat di Pulau Jawa hingga menjad pusat peradaban masa kini, berbanding lurus dengan jumlah cerdik cendekia beranak pinak di pulau itu, menggeser jumlah cerdik cendekia yang pada zaman kolonial hingga awal kemerdekaan yang mayoritas dari Sumatera Barat dan Sumatera Utara. Negeri ini pun merdeka sangat ditopang pemikiran sastraan dan budayawan.
Demikianlah aku yang bermula dari kekaguman melihat layout surat kabar Harian Cakrawala Makassar, membuat rasa puitisku meluap-luap untuk berperan serta di Ruang sastra. Aku sangat mengapresiasi tekad redakturnya yang membina penyair lokal Sulawesi Selatan dengan menyediakan kolom puisi dan cerpen buat mereka dan mendahulukan penerbitan karya mereka. Mulia sekali niatnya. Dan terimakasih setelah karya penulis lokal dimuat selama 1 bulan ini, maka Sabtu tanggal 9 Mei 2015 kemarin 2 puisiku sudah diluluskan redaktur dari pisau seleksi dan terbit berjudul 'PEMUDA ZULKARNAIN PADA GADISNYA' dan 'KEPADA PEREMPUAN TERCINTA'
PEMUDA ZULKARNAIN PADA GADISNYA
Setelah lelah
seharian
mengarungi
samudera diammu
dan belum
terpancang bendera kemenangan
pada bunga-bunga
hatimu
tak ada kelopak
melebar
lelah ini tetap
saja tersisa
sebentar saja
ijinkan aku berlabuh
di dermaga yang
kau bangun entah untuk siapa
KEPADA PEREMPUAN TERCINTA
engkau
itu dalam sungai-sungai yang mengalir
tak
kunjung berhenti
di muara tak
bisa dikenal
siapa siapa
menyatulah
denganku
bukan dengan
laut
aku akan
mengenalmu,
mengenalmu.
Mengenalmu
aku
bukan batu-batu
yang menunda
alirmu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar