Rabu, 03 Januari 2018

SATU PUISIKU DI ANTOLOGI PUISI BERSAMA PUPUTAN MELAWAN KORUPSI ,MENGUNYAH GERAM



Puisiku adalah satu yang termaktub dalam Antologi Puisi Bersama 'MENGUNYAH GERAM' bertema Puputan Melawan Korupsi, kerja sama Yayasan Manikaya Kauki dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), dengan kurator tunggal Penyair Wayan Jengki Sunarta. Puisi ini juga sudah pernah dimuat di Harian Suara Karya Jakarta 


PANGLIMA TALAM

kenduri di kampung ibu menghadang lenggang seratus talam
sebab seribu piring terhidang menghianati langgam lidah
selalu berkata penyungut di hati sendiri-sendiri
nikmat tak digenggam, satu peramu sesaji berpura dirayu beramai-ramai
diam-diam membusung penusuk pongah setiap budi terpahat
meski pahit terkabar seperti gurih remah tercuri dari tiap bisik sunyi
talam menjunjung puncak duli, menimang ratu pujian semayam di hati

di hati gampang cemburu dan gampang mendua
talam setia meniti kenduri menatah tahta lebih 10 tingkat piring
menjaga hati pemabuk kalau memuji diri dengan telanjang alibi
panglima talam dari pantai teguh menjunjung lintah para petinggi
tak terjual setengah harga di kabar terpagi gemuruh pantai
entah di malam hari ada yang diam-diam menjumput kilau seharga tertinggi
ketika peminang hati berkubang segala maksud

pada kenduri di kota kawanku, di tepian keping talam
berkeliling ruh inkarnasi setengah hati membekal meja jamuan
sembunyi-sembunyi itikad meneguk kabar bisik-bisik
siapa tahu panglima talam mabuk santan
sejak bosan berlagak santun
melepas harga tafsir mimpi duli dan menteri
demi sepotong dendam rindu meletup dari bokong
langgam matlumat nasib kenyang

Medan, 2015



Tidak ada komentar:

Posting Komentar