Kupikir tak ada lagi stok puisi yang kukirim di arsip Harian Analisa. Maka ketika kubuka malam minggu menjelang minggu subuh, situs analisadaily.com, semata-mata ingin mencari tahu karya teman-teman penulis puisi. eh, saat itu pukul 23.30 saat rubrik rebana, sudah terbuka dan tampak headlinenya, mataku tertuju pada judul puisi di bawah ilustrasi puisi (berupa lukisan sepasang wajah), yang akan terbit di versi cetak Harian Analisa Minggu 13 Desember. Sepertinya aku familiar judul itu. Eh, betul, ternyata itu puisiku. Kususur semua puisi yang dimuat, ternyata ada 2 puisiku yang berjudul "KARMA SI PEMBISIK" dan 'SIANJUR MULA-MULA". Puisi yang dimuat itu bagian dari puisi yang kukirim 3 bulan lalu. satu tanggal pengiriman dengan puisi yang sudah terbit bulan Oktober 2015 dan November 2015. Lagi-lagi surprised yang menyenangkan.
KARMA SI PEMBISIK
sebatang lidah telah berlari
menjauhi rongga gigi patah
dua keping bibir tak bertenaga, gemetar
memeluknya
merasa senasib tubuh tanpa belulang yang tanggal sandaran
takut yang tak punya gantungan
lepas dari persekongkolan
mereka
tak ada sembunyi bagi pembisik dan
pengecap semua nikmat
sebentar
lagi, barisan ruh penasaran
yang lama mengasahkan perih
punya celah menghunjamkan dendam paling tajam
Medan
6 April 2015
SIANJUR MULA MULA
bermula dari sepi
Deak Parujar menggenggam
cinta
pada tanah retak sekepul
mengakarkan rambut jadi silsilah bergantungan
bermula horas bermula gabe
Si Boru Ihat di cinta buta meneruskan silsilah
mengembara ke atas
benua diberkahi sebagai matahari
ikatan mata seorang raja
menjejak kaki di Pusuk Buhit
bermula sepi, bermula
jadi
sunyi berulang
menyungsangkan cinta
terpilin silsilah
terkait-kait di pandangan matahari dan bumi
Si Boru Pareme tertawan berahi
Saribu Raja
menyusukan Lontung
dari tanah retak sekepul mengembara ke belantara
mencari mimpi Sangkuriang
merindukan Dayang Sumbi
dari tanah retak sekepul
terjejak kaki Debata
sedalam lembah
silsilah menuruni Pusuk
Buhit mengembara kemana-mana
mengikuti liuk Si boru
Biding Laut
ke tepi laut selatan
dengan satu matahari
ikatan mata para raja
mencari-cari sepi
mencari-cari sunyi
negeri henti
Medan, 26 Januari 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar