Aku tak sengaja menemukan media online bernama Lintas gayo.co. Hal ini berawal dari niatku mencari-cari apa saja puisi yang pernah ditulis oleh Mezra E. Pellondou, sastrawan wanita asal Nusa Tenggara Timur. Muncullah salah satu sajaknya yang dimuat di Lintas Gayo.co. Ternyata selain berita sekitar Tanah Gayo Aceh, media online ini juga memiliki rubrik Sastra berupa Puisi dan Cerpen. Kuklik lebih jauh muatan di rubrik sastra ternyata karya yang ditampilkan lumayan bagus. Dari keterangan lebih lanjut kuketahui bahwa karya yang dimuat dalam versi online akan diterbitkan dalam tabloid Lintas Gayo versi Cetak yang terbit 2 kali setiap bulan yaitu tiap tanggal 7 dan tanggal 22. Kukirimlah beberapa puisi ke email mediaonline tersebut yaitu redaksi.lintasgayo@yahoo.com. bahkan media tersebut punya nomor konfirmasi di 082163432234. Dalam selang 2 hari email yang kukirim sudah ditanggapi redaksi. Muncullah 2 puisi di media tersebut yaitu PENUNGGU HUTAN I dan PENUNGGU HUTAN II.
PENUNGGU HUTAN I
katamu kita akan menebalkan belantara
melebihi rapat alis perempuan menggoda
selalu jadi bandingan cinta tak bertara
mengibas runtuh teguh mata daun berjaga
kaupun menanam maksud meninggi bibit cinta
di hamparan perasaan membusuk luka
jalan pintas mengatup rintih tanah menganga
ingin merdeka mengobarkan bau rahasia kita
dari tempat dibuang di jurang-jurang kematian pertapa
secepatnya tersekap oleh harum bunga-bunga
secepatnya didekap kerlingan rupa raflesia
meraup lapuk belantara yang rubuh tergoda
katamu setubuh cinta kita telah menebalkan belantara
menenung kegaduhan orang bunian lelap tak karena mantra
semut beriringan telah tiba dari perjalanan menjauhi alis wanita
katamu meninggalkan perempuan kerontang kehilangan gelora
laki-laki tergoda melepas pucuk berahi di payung rimba
(lelaki kota yang tak takut lagi pada penunggu menjelma
memang berduyun-duyun ke rimba sebab mendengar rayu suara)
aku mengintip, aku mengendap-endap ke tepi belantara
astaga! hanya ada tumpukan penunggu rimba dan pertapa
semut-semut itu membelah alis para pertapa
ramai-ramai memanggulnya ke kota
lelaki membelah penunggu rimba
memanggulnya ke kota
Medan 2015
PENUNGGU HUTAN II
sepasukan burung menanam rahasia di tajuk rimba
sedalam persekongkolan muasal lorong petaka
melamur cacat kelam hilang di lubang raga
melabuh siasat ke persembunyian sempurna
menjejali kesesatan pikiran pendekar kota
seharga kebingungan selinap di mata mereka
cerita keramat akal beranak hantu di cabang dua
mendebar-debarkan jantung tajuk strata
hendak membanting, bila mendekat siapa saja
lingkaran tahun perlahan terbunuh bersama catatan peristiwa
siang dan malam berderit, dikerat tinggal debu serbuk dupa
bau dan suaranya menyergap pemburu meraba rahasia
membawa roh bunian ke jelmaan batang hilang
mengerat tunggul dan menyangka telah memangsa manusia
manusia yang merampas mahkota rimba
orang-orang rimba tak berani menyebut kemana jasad petaka
meski tajuk raib serempak dari mata
sebab menyangka rombongan bunian selalu menjelma
menghadang dengan rupa tak tembus mata
membanting, bila mendekat penciuman siapa saja
memangsa, bila dekat keberanian siapa saja
Medan 2015