Sepertinya bulan Juni,Juli dan Agustus membuka tingkap-tingkapnya bagi laluan puisiku di Media Nasional. Diawali puisi di Harian Kompas Sabtu 17 Juni, lalu berlanjut di Koran Tempo Edisi Akhir Pekan 29-30 Juli 2017, Majalah Sastra Litera Biro Pemuda dan Remaja PGI lalu minggu ini 6 Agustus 2017 Media Indonesia berkenan menayangkan 5 Puisiku, masing-masing berjudul 'SERANTING ANDALIMAN', 'TAKARAN SI JON', 'SIHIR MOBE', 'BAIAT SI BUTA' dan 'MENJADI DUA KEPALA BERITA'. Kelima Puisi itu pada dasarnya bertema sosial, baik berupa kritik maupun fenomena kekinian.
Puisi-puisi ku tersebut pembuatannya ada yang bertarikh 2017 meski ada juga 2017. Tentu, semuanya juga melalui proses editing berkali-kali. Walau sudah dimuat, sering juga saya merasa mestinya masih ada diksi yang menurut saya harus saya ubah lagi. Berikut saya tuliskan lagi dua diantara lima puisi yang dimuat tersebut
sihir mobe
tinggalkan itu danau linang para nestapa
pandai bertekad baka
hanya meluapkan kabar-kabar tuba
melayar sengsaramu tergoda-goda payah
jangan cemaskan ketabahan duka
kayuh saja nasibmu ke belanga
sejauh dari bangsa pencemooh
kutebar upah pada tiap inang luka
kayuh saja nasibmu ke belanga
sejauh dari bangsa pencemooh
kutebar upah pada tiap inang luka
niscaya ajalmu sedap dilayang cinta
MENJADI DUA KEPALA BERITA
1) hukum rimba otentik
sekujur tubuh kota ini sesungguhnya
belantara penyimpang rerimbun gejolak permai
kau menyimpan degup kebinatangan alami
sudah berani tak mengendap-endap
oleh cemburu berumur puritan
parasmu kekal tampak beringas dihuni erangan
kau tepat menjadi ras sasaran empuk berjuang
dihasut terlalu berani berandai di sekitar jeratan
tapi luruh dikeker pemangsa sepintar pindai
dalam tata boga tak konvensional,
kau seperti tunjukkan jelajatan kelasmu
terpuruk di asas rantai makanan terlemah
yang malas membangunkan akal budi
yang ingkar berguru tulus dan pandai
terima suratan cepat bagi santapan hingar-bingar!
singa tetap singa bergaung. sekali terengah lengah
kau kambing berguratan kambing guling
jika suratanmu mau lepas dari tikam keji taring
belajarlah mula senyap jejak sampai mahir mengendus celaka
sekali-kali jangan gemar menyeret domba bermain
khianat setega mangsa ganti mangsa
begitulah seharusnya tata laksana murni hukum rimba
boleh mengelak sarapan sia-sia bagi raja rimba
pantang mengumpan sesama berbakat kurban
2) kartu-kartu elektronik turun harga
apakah kau sama denganku
Porsea 2016
MENJADI DUA KEPALA BERITA
1) hukum rimba otentik
sekujur tubuh kota ini sesungguhnya
belantara penyimpang rerimbun gejolak permai
kau menyimpan degup kebinatangan alami
sudah berani tak mengendap-endap
oleh cemburu berumur puritan
parasmu kekal tampak beringas dihuni erangan
kau tepat menjadi ras sasaran empuk berjuang
dihasut terlalu berani berandai di sekitar jeratan
tapi luruh dikeker pemangsa sepintar pindai
dalam tata boga tak konvensional,
kau seperti tunjukkan jelajatan kelasmu
terpuruk di asas rantai makanan terlemah
yang malas membangunkan akal budi
yang ingkar berguru tulus dan pandai
terima suratan cepat bagi santapan hingar-bingar!
singa tetap singa bergaung. sekali terengah lengah
kau kambing berguratan kambing guling
jika suratanmu mau lepas dari tikam keji taring
belajarlah mula senyap jejak sampai mahir mengendus celaka
sekali-kali jangan gemar menyeret domba bermain
khianat setega mangsa ganti mangsa
begitulah seharusnya tata laksana murni hukum rimba
boleh mengelak sarapan sia-sia bagi raja rimba
pantang mengumpan sesama berbakat kurban
2) kartu-kartu elektronik turun harga
apakah kau sama denganku
mengaku dan diakui berkhasiat lembaran sakti
tapi menggandakan ciri-ciri mengenal diri
bernas sekelas fotocopy terlalu banyak catatan kaki
berdusta mengandalkan mata hati berganda nilai
setelah semua kau lancung bermula dari kepala
segala yang terkira menurun seharga gadai malai
kepuritanmu yang bodoh, tergopoh jika mulai diintai
kami selalu terpaksa ikut beringsut
kekal dalam interogasi manual
menunggu dengan ritual lama membantai sesal
belum kau beri kata kunci mendesak pintu terlarang
berbagai kemerdekaan hanya terucap
seperti cita-cita sia-sia sembarang orang
padahal, bila kau tak memahami tunjuk mata
rabalah, jemari kami jelas-jelas bukan penganut ilusi
terkutuklah kalian pelaku lancang bermata iba
dalam hingar-bingar dan sedap malak kota
menjegal langkah mulai berani malai jelata
seperti kami yang kerap kau percik celaka
bukannya kau tegarkan iman seberani kelasi. Tapi ikut
seperti kerani menyikut ayat hukum rimba agung:
hikmat makan adalah secukupnya!
dompetmu lapar, liar berburu kartu - kartu main
tapi menggandakan ciri-ciri mengenal diri
bernas sekelas fotocopy terlalu banyak catatan kaki
berdusta mengandalkan mata hati berganda nilai
setelah semua kau lancung bermula dari kepala
segala yang terkira menurun seharga gadai malai
kepuritanmu yang bodoh, tergopoh jika mulai diintai
kami selalu terpaksa ikut beringsut
kekal dalam interogasi manual
menunggu dengan ritual lama membantai sesal
belum kau beri kata kunci mendesak pintu terlarang
berbagai kemerdekaan hanya terucap
seperti cita-cita sia-sia sembarang orang
padahal, bila kau tak memahami tunjuk mata
rabalah, jemari kami jelas-jelas bukan penganut ilusi
terkutuklah kalian pelaku lancang bermata iba
dalam hingar-bingar dan sedap malak kota
menjegal langkah mulai berani malai jelata
seperti kami yang kerap kau percik celaka
bukannya kau tegarkan iman seberani kelasi. Tapi ikut
seperti kerani menyikut ayat hukum rimba agung:
hikmat makan adalah secukupnya!
dompetmu lapar, liar berburu kartu - kartu main
di suatu waktu kau pantas diberantas bala celaka
Medan, Maret 2017
Medan, Maret 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar