Sebutlah aku si penggerutu atau manusia skeptis sebab penuh tanya dan komentar sinis. Tapi aku cinta bangsa ini., Tak ingin rakyat dan tanah air ini menjadi permainan segelintir orang. Apalagi orang-orang yang bertampang pahlawan atau pendekar ternyata bertindak pemangsa.
Tapi aku bukan pula pendekar yang siap bertarung fisik dengan orang-orang yang penuh anasir jahat itu. Hanya mampu kukabarkan lewat puisi sebagaimana dua puisiku yang terbit di Banjarmasin Post pada Hari Minggu tanggal 23 Oktober 2016.
Seorang Muhammad Daffa yang sudah rajin menulis puisi di Banjarbaru Kalimantan Selatan menelisikkku di FB, hal apa gerangan yang tersirat di belakang puisi itu. Sebenarnya dua puisi ini cukup gamblang. Hanya kupoles dalam metafor, frasa dan diksi. Temanya sesuai dengan judul " ADA KOTA YANG LAHIR SUNGSANG" dan "MENUNGGU NABI DI TRAFFIC LIGHT". Ku yakin pasti banyak orang yang punya pengalaman menakutkan di kota besar. Banyak orang telah menyaksikan aneka adegan setelah Traffic Light, baik yang terang-terangan maupun sembunyi-
sembunyi.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusMantap, Laeku.
BalasHapusSalam, Tatar Bonar Silitonga
Horas Pak Kolonel. Lama kucari kabarmu. Minggu aku aku mendapat bimbingan Pak Dr Ichsan Malik temanmu mengajar di Universitas Pertahanan terkait Pemetaan Konflik.
HapusHoras Pak Kolonel. Lama kucari kabarmu. Minggu aku aku mendapat bimbingan Pak Dr Ichsan Malik temanmu mengajar di Universitas Pertahanan terkait Pemetaan Konflik.
HapusSelamat berpuisi
BalasHapus