Berita menggembirakan itu datang dari inbox Mas Kian Santang Sang Penjaga Gawang Puisi di Basabasi.Co. Saya terima saat saya masih di Palembang menjalankan tugas sebagai abdi negara Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Tak kepalang suka citaku. Sebab menembus Basabasi.co penuh perjuangan. Mencoba berkali-kali. Tgl 17 Oktober 2018 sudah pula honor masuk ke rekening. Dan hari Sabtu 27 Oktober 2018 kuterima juga kaus bertuliskan wejangan Multatuli. Cendera Mata dari Basabasi.co atas puisi yang pertama kali dimuat di situs tersebut. Inilah 5 puisi yang berjodoh dengan basabasi.co tersebut
DARI SEKELUMIT RAMBUT TUAN BAHLUL
tuan bahlul masih serumit puntiran rambutnya
yang tak sampai tebal sejengkal
bebal berpilin
seperti jalan pendek sudah ditempuh
tak pernah berujung di mataku
menambahkan pening
memanah dari seputaran keningnya
membawa hantu-hantu bising
beriring di lubuk dada kami
layaknya orang kebal
tapi Tuan Bahul terlihat lebih pejal!
nasibmu kekasihku
pegal menjejak tujuan sejarak
terkerat akal sepangkalnya
mengakar sebanyak tali-temali
menyumirkan keadaan
rumit seperti Mister Pandir juga
Medan 2018
SAAT ULAR MELUAP DARI TENABANG
tuan ogah kerja ogah capek
satu persatu mati kelaparan
di pasar lapang makanan
yang mengelu-elukan muhrim di musim lalu
tiarap mencari-cari balasan
mencuri-curi ayat tanpa palang
memotong-motong bayangan dengan geraham
dengan keyakinan kebal bahwa siasat lapuk
masih berkhasiat memutarbalikkan kenyataan
sebagai akibat pantangan sebuah lencana
bencana meluap dari satu kutukan
populasi yang khilaf terhimpun pada satu semesta
yang tak mau pasrah beririsan
menanggung balasan alasan
yang compang-camping
luka luar-dalam
dikepung ular
pun yang tekun mengirim doa-doa
terlempar di luar cara biasa bulus
sebab berada di tengah-tengah episentrum liar para nujum
porak-poranda dikucar-kacir semburan tak harum
seketika terpaksa bersamaan rebah tanpa senyum
Jakarta 2018
LASKAR BERUSIA SEHARI
Mereka sudah menjadi hakim pendendam
kejam mendahului malaikat tuan langit takzim
ada pula bermacam latar belakang tak mahfum
menggiring minat menjadi penghukum
mengaku berakar dari lubuk dada terdalam berbibit harum
menjaga semerbak kuat pembasmi bau hantu sampai tak tercium
tapi gemercik bau mesiu dikulum, berpura ia tak maklum
orang lain kental mengenal mereka Si Buta-Tuli
dengan bulu kuduk tak bisa hikmat berdiri, meski
tuan langit hilir-mudik dan mendesir berkali
mencari anak-anak terlalu tak tahu diri
lari sudah lebih dari 10.000 hari
Laskar gagang pentungan, usiamu baru sehari!
PERIHAL KELUARGA CENTANG-PERENANG ITU
bapakmu tak pernah tiba sejak menjarah setanggi hutan
ibu hanya sekejap jadi pelakon murung
satu hari kemudian miring membilas tanda-tanda duka pingitan
saban malam rajin mengupas bekas puritan kutang
laluan singgah terbuka bagi pejantan yang suka bermata nyalang
sampai dua gadisnya menguping ciri-ciri tak risih membiakkan piutang
sejak itu serempak menanam cita-cita menantang
menumbalkan cinta di atas tinggi kurungan belah kutang
kira-kira kelak bisa terjual senilai bobot hutang
sedang si anak lelaki yang tak sempat berguru bapa
membiarkan loyo kaki yang ragu
diasuh mata pemalu
selalu tiba-tiba mengasah amarah tapi kelu di bawah bulu-bulu
tak faham berperang menumpas sembilu
betul-betul tak pilu hanya mampu jadi pecandu
membisu dan masih senang menyusu
wow, menjalar dari puri ke puri kepala batu
tumbal nafsu benalu
timbul-tenggelam bertalu-talu!
Medan 2017