Tujuh bulan sejak pemuatan puisiku di Koran Tempo 13 Januari 2018, barulah 4 puisiku yang bertambah umur mendapat jodoh di media cetak. Puisi yang berjudul RITUAL SABAN KELUARGA PASIEN, MENGIKUTI RITUAL DOKTER, MENDIAGNOSA JURU RAWAT, MENGIKUTI RITUAL PASIEN adalah hasil perasan perasaan sekitar bulan Juli-Oktober 2017. Masa-masa kami anak ibundaku diharu-biru oleh penyakit Sang Bunda, sebelum ia akhirnya takluk jua pada batasan maut. Draf kasar puisi ini sepertinya terbentuk lebih kurang satu bulan, satu Puisi tiap minggu. Tetapi untuk menjadi puisi dengan judul dan diksi sebagaimana yang sudah terpampang di Koran Banjarmasin Post ini tetap memerlukan polesan setiap kucermati kembali agar mendapat judul dan diksi yang lebih pas menurutku.
Di bawah ini, kusalin kembali 4 puisiku tersebut sebagaimana aslinya dalam format word. Sebab, ada beberapa dalam bait bait yang penempatannya berubah dalam edisi cetak oleh sebab penyesuaian kolom di surat kabar.
Selamat membaca!
RITUAL SABAN KELUARGA PASIEN
mengikuti dua ratus notasi rotasi
jam terdesak menusuk delik tabah
hanya sekali kami melawan
dengan doa penawan angin
semoga peri sakti tertarik hinggap di kepala
menyirami api perang
yang mengusung hari kelabu
tetapi ludah tergoda memercik abu
di hati karam sesama penunggu
di letusan uap mengganas
jangan dedah aib beriring ikan-ikan
biarlah berdiam di dasar lubuk dada
tapi ibu juga sudah lebam
dikitari waktu sepenuh diam
bagaimana kami yang sembab menahan jerembap
tiap bermalam dinaungi kelam
MENGIKUTI RITUAL DOKTER
seperti si dungu penunggu
kami dipaksa bisu
dipancing cemburu
sedang sekelebat bayu
si dokter malah berlalu
serupa maha guru angkuh
luar biasa memainkan harga rasa tahu
sampai tak tahu ilmu bergurau
tinggal kami yang sepuh menunggu
menyingsingkan mata kelu dikitari waktu
si dokter beri pengasuh, pengasah mulut nyinyir
yang merasa perlu menjaga kesaksian jam bicara
si tukang halau tak punya sendu
tak juga punya malu
bertalu sakti menyisihkan rasa tahu tabahku
selalu tak sempat kami rajam ragu
mengikuti begitu-begitu lagak-lagu
tepat pukul berapa ia bisa memandu nyeri ibu
mampu menjangkau mau
Medan, Juli 2017
MENDIAGNOSA JURU RAWAT
jika terlihat putih pasi
sesungguhnya ia sedang menandai
ciri sirna banyak warna sukma
pun hitam buram mengeram di lubuk mata
hanya tanda matang luka lama
hampir mati rasa
tak usah timpakan centang-perenang
jadi sekujur luka laramu
pada pelupuk kalbunya
sejak mengikis kesumat
pelajaran ia pikir sudah tamat
ia pun tak lagi bertanam niat
membiakkan ciri-ciri peri berhikmat
seperti perihal mala dan remah
di usia tertatih ibu kita
percuma kau mencari iba
ia baru bisa menjelma sewarna manusia
pada bulan-bulan berumur tua
bawakan saja sesaji
pas jejaknya setengah dewi
Medan, Juni 2017
MENGIKUTI RITUAL PASIEN
di lubuk pekat dada ananda
kusamak kata-kata tak kuat kecipak
kulihat tekadmu pun sudah letih menyimak
tapi biji-biji yang ibu beri ingin kutanam
agar kuat melalui sepanjang kumat tiga musim
takkan mati senasib tungkai terbenam
lihat! sudah bercucuran dari setitik celah masa lama,
panjang jejakmu berbiak ke hilir mata
mengarak cinta jelas deras tak hingga
rupanya begitu caramu bunda
membilurkan takjub pati cerita
pertanda seseorang telah sampai di kabut
ke pucuk redup kobar cita-cita
sedikit demi sedikit masa lalumu
terkabul mengibarkan perpisahan
dengan kabar duka
jika terlihat putih pasi
sesungguhnya ia sedang menandai
ciri sirna banyak warna sukma
pun hitam buram mengeram di lubuk mata
hanya tanda matang luka lama
hampir mati rasa
tak usah timpakan centang-perenang
jadi sekujur luka laramu
pada pelupuk kalbunya
sejak mengikis kesumat
pelajaran ia pikir sudah tamat
ia pun tak lagi bertanam niat
membiakkan ciri-ciri peri berhikmat
seperti perihal mala dan remah
di usia tertatih ibu kita
percuma kau mencari iba
ia baru bisa menjelma sewarna manusia
pada bulan-bulan berumur tua
bawakan saja sesaji
pas jejaknya setengah dewi
Medan, Juni 2017
MENGIKUTI RITUAL PASIEN
di lubuk pekat dada ananda
kusamak kata-kata tak kuat kecipak
kulihat tekadmu pun sudah letih menyimak
tapi biji-biji yang ibu beri ingin kutanam
agar kuat melalui sepanjang kumat tiga musim
takkan mati senasib tungkai terbenam
lihat! sudah bercucuran dari setitik celah masa lama,
panjang jejakmu berbiak ke hilir mata
mengarak cinta jelas deras tak hingga
rupanya begitu caramu bunda
membilurkan takjub pati cerita
pertanda seseorang telah sampai di kabut
ke pucuk redup kobar cita-cita
sedikit demi sedikit masa lalumu
terkabul mengibarkan perpisahan
dengan kabar duka