Akhirnya, buku yg kutunggu tiba. Buku 'Dari Gentar Menjadi Tegar' yang memuat 38 Puisi Pilihan termasuk Puisiku berjudul 'EMPAT PERKABUNGAN BERSINGGUNGAN' yang merupakan hasil Lomba Cipta Puisi Seni Indonesia Berkabung yaitu seleksi dari 1.300 lebih Puisi. Lomba tersebut merupakan kerja sama Komunitas Seni Indonesia Berkabung dengan KPK dan 4 Perguruan Tinggi di Yogyakarta.
Setahun aku menunggu Buku ini dengan penantian yang sungguh berliku. Di selebaran awal Panitia, lomba Cipta Puisi akan memilih 70 Judul Puisi yang akan dibukukan dalam Antologi Puisi berjudul 'Di Bawah Payung HItam'. Lalu pada Pengumuman Dewan Juri disebutkan hanya layak sebanyak 38 Puisi. Pengumuman Dewan Juri dilakukan melalui web Radio Buku dan Facebook Seni Indonesia Berkabung. Biasanya Pengumuman Puisi Terpilih juga dikirim oleh panitia ke email masing-masing kontributor terpilih.
Awalnya, para kontributor dijanjikan mendapat Buku antologi puisi 'Di Bawah Payung Hitam'. Ketika kutanyakan lewat FB, panitia memintaku bersabar sekitar seminggu. Ternyata seminggu kemudian panitiamalah menyampaikan lewat FB bahwa kontributor hanya akan mendapat Katalog cetak seluruh aktivitas Lomba Seni Indonesia Berkabung. Lalu seminggu kemudian berubah lagi. Dengan alasan minim dana, kontributor hanya akan mendapat file pdf katalog. Lalu beberapa kontributor protes. Lalu laman facebook panitia mati suri tanpa pernah memutakhirkan informasi. Lalu aku pun melupakan kemungkinan memperoleh BUku antologi itu disertai amarah yang susah surut.
Untuk menghilangkan kekecewaan lalu puisiku tersebut sempat kukirim ke media dan ternyata dimuat Koran Tempo pada edisi akhir pekan 2-3April 2016.
Lalu sekitar 2 bulan lalu lalu pada laman facebook Raedu Basha termuat bahwa dia sudah mendapat katalog cetak Seni Indonesia Berkabung dengan judul 'Dari Gentar Menjadi Tegar' dengan salah satu Bab berupa Antologi Puisi Di Bawah Payung Hitam'. Lalu beberapa minggu ada email masuk ke emailku yang meminta konfirmasi alamat sebab akan dikirimi buku yang sama. Kurang lebih 10 hari kemudian, aku mendapat kriman tersebut.
Lalu kubaca isinya satu persatu. Ternyata benar, bahwa buku ini selain memuat puisi, juga memuat hasil kegiatan seni Indonesia Berkabung lainnya berupa Lomba Poster dan Teater. Dalam Buku ini juga ada beberapa Puisi Maestro Penyair Indonesia JOKO PINURBO yg menjadi salah satu Dewan Juri Lomba Cipta Puisi. Akhirnya terhibur juga hatiku. Inilah Puisiku yang terpilih dalam buku itu.
EMPAT PERKABUNGAN BERSINGGUNGAN
(Terpilih sebagai salah satu dari 39
puisi pilihan pada Limba Cipta Seni Indonesia Berkabung dan juga telah dmuat
Koran Tempo 2-3 April 2016)
1
apa yang kau
dengar bila serigala dan luwak berbisik di punggung bulan
selain berbincang jubah paling cemar memintal dari
mangsanya
samar memerangkap mangsa lain
pernahkah mereka terdengar jujur bertukar rahasia memalukan
tentang bulu ayam yang tak lagi sempurna membalut
muslihat
atau bulu domba
kuning menangkap tabiat serigala?
atau mereka
berbagi pengakuan tentang darah anak domba di celah taring
merintih tak jemu
memanggil inang di setiap tubuh
terhempas
hingga kekejaman mereka tersungkur tertikam belas kasihan
membiarkan
lapar jemu lalu hilang kesadaran
phobia maksud bulan
bersemu tiap memancing gairah
sampai sujud melolong-lolong pengampunan?
Pertemuan luwak dan rubah ini tak biasanya
di saat bulan pucat hilang darah
telah pula
berlalu gairah jam-jam pengintaian
ayam paling jantan telah subuh terjaga
memanggil-manggil persekutuan waktu
mufakat apa yang tak perlu rahasia?
astaga, mereka bertukaran kepala!
22.2
2
domba yang tergoda
tak bercita-cita layu di penjagalan
tapi kekal harus
jatuh kepada hiruk pikuk langit penawar
terbeli nasibnya dari pecah ketuban sampai diiris hak
veto
hanya ditimbang
rasa lapar,
jadilah kami tumbang bakaran
yang tak pernah dikorban sungguh-sungguh
sebagai domba putih pembasuh masa lalu
domba sesat kami. memang
tapi tak sekali pernah mengingkar suratan
hanya termangu dalam jurang bingung
memanggil-manggilmu sedalam khusuk perih
hai gembala dari lembah kekinian
pabila membawa tongkat keberanian
menjulurkan cahaya ke ujung muasal sesalku
domba dan gembala biasanya
beriringan ke hamparan nasib berbatu
menghalau rasa lapar bila mengintai sampai ke ujung senja
berhitung sama-sama dengan segenap apa melumpuhkan rasa takut
sebagai kawanan tak tercecer tinggal sedarah
kalaupun domba mengerangkan puting disesah masa nifas
jeritnya masih mengalirkan susu sesuci
darah paskah bagi kawanan gembala
hanya letih menguras air tubuhnya terhalau serigala ke
gunung sunyi
pertemuan yang tak biasa gembala dan domba
saling memunggung menilik matahari kemana menusuk sengat
3
Gembala dan tuan yang sepakat menyeret domba ke
kejauhan
berbisik hal
rahasia peruntungan nasib sekawanan
seharkat bulu dan daging
hingga pandangannya jauh semua mesti tampak lumrah.
kebiasaan menenangkan
domba jika takdir saatnya menungkup
sesekali gembala dan
tuan memotong tatap dengan senyum
lambai
dengan mantra penenung mata domba bila terlanjur curiga
sampai sepenuhnya
lupa petaka menghadang bila tuan
datang
menghalau gembala pada sabtu dan minggu
bermulalah awal cerita kepunahan, tetua domba kata
tuan mesti ikut berlibur ke kota
tapi tak pernah pulang-pulang. hanya gembala yang
kembali dengan kubis dan bungkil
mengasup lenguh kawanan sebukit kenyang . lupa menduga-duga
seperti besok rerumputan menyibukkan mereka
sambil gembala bermain
setongkat cemeti
4
pada jurang paling malam dombalah menubruk cahaya
dari mata bingung membandingkan beberapa perkawanan warna
ada hijau selain rerumputan, bungkil dan kubis memantulkan
sedap
jalangnya baru
akil akhirnya tergoda mengecap
seturut lapar mendidihkan
berahi
melajulah hasrat mematah tongkat gembala
yang acap melayar pantangan ke atas pikirannya.
seketika seikat persekutuan tertebas dari amanat
rindu dendam
dilarikan menungkap cahaya memikat
melupakan naluri kuat: domba mesti berserikat
Hup! domba itu tertangkup di palung cahaya
dan tiba-tiba sebuah rupa terlihat sesungguhnya.
memagut sepenuh gairah semua sadarnya
tak ada sesal sempat menyusup pada darah terkucur
tangis menempel di sisa tubuh, terlunta sia-sia ke
rumpun bebatuan
gembala hanya terbangun meraung-raung jika jumlah semakin
ganjil
dengan tongkat patah bingung memastikan arah
tak terdengarnya dimana sesal memanggil-manggil